BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 29 Maret 2011

CERPEN

Dear Diary

Hei…ayo cepet ke lapangan!! Ntar keburu dipake ma Rakha loh, “ Rayu Thalita  kepada Tiara dan Mutia.
“ Yah, bener kan udah dipake main basket ma rakha.”
“Udah deh Tha, kita pergi aja yuk. Hari ini nggak latihan juga nggak apa-apa,” seru tiara sambil menepuk pundak Thalita.
“ Nggak bisa gitu dong, kita kan mau ada pertandingan antar sekolah,” sergah Thalita sambil menghampiri Rakha.
“Rakha kita boleh gabung main nggak, soalnya mau ada pertandingan antar sekolah.”
“ Ya udah gabung aja, kita main bareng-bareng,” jawab Rakha sambil mendrible bola.
“Thanks ya”
Setelah selesai main basket Thalita dan Rakha mulai akrab lagi,seperti waktu kecil. Dulu Thalita akrab sekali dengan Rakha, rumah mereka bersebelahan dank e-2 orang tua mereka bersahabat. Tapi kemudian Rakha pindah ke Pontianak, selama itu mereka sudah tidak pernah berkomunikasi lagi hingga Rakha pindah lagi ke Semarang dan mereka bertemu di kelas 3 SMA. Bel masuk pun berbunyi, kemudian mereka kembali ke kelas masing-masing.
“Selamat pagi Bu,” salam anak-anak kepada Bu Sisca wali kelas mereka.
“Selamat pagi anak-anak,Ibu mau memberi tahu kalau 3 bulan lagi kalian akan menghadapi UAN, maka dari itu kalian harus belajar giat!” nasihat Bu Sisca.
Mendengar itu Thalita kemudian melamun, ia maembayangkan kalau nanti lulus ia tidak bertemu Rakha setiap hari. Bel tanda pulang pun berbunyi, Thalita, Tiara, dan Mutia segera keluar kelas dan jalan- jalan ke Mall untuk menghilangkan kepenatan karena pelajaran tambahan.
“ Aku palang.” Seru Thalita setelah sampai dirumah.
“Sayang kamu mandi kalau udah makan malam ya sayang!” perintah mama.
“ Nggak ahh mah, tadi Thalita udah makan, Thalita mau mandi aja ya ma.”
Jalan-jalan tadi siang di Mal ternyata tidak dapat menghilangkan ingatannya tentang ucapan Bu Sisca tadi. Kemudian Thalita mengambil buku berwarna merah muda dan menulis sesuatu
Semarang, 28 Maret 2002
Dear Diary
Hari ini aku seneng banget dia mau main basket bareng lagi kaya dulu. Hari ini adalah hari terindahku.walaupun yang masih menyimpan prasaan ini hanya aku seseorang diri, tapi aku akan tetap menjaga prasaan ini hanya untuk dia.
Kring…..kring….. alarm Thalita berbunyi dan Thalita bergegas bangun kemudian mandi dan sarapan.
“Mah, Pah Thalita berangkat ke sekolah dulu yah,” salam Thalita sambil mencium pipi orang tuanya.
“ Pak nanti jangan telat jemputnya ya,soalnya nanti ada terapi,” pinta Thalita kepada sopirnya.
Tiba-tiba saja Rakha sudah berada didepan matanya dan dia bersama dengan seorang gadis yang tidak dikenalnya.
“ Pagi Thalita,” sapa Rakha lembut.
“ Pagi,” jawab Thalita dengan cuek, kemudian bergegas meninggalkan Rakha.
Sesampainya di kelas Thalita memikir-mikir siapa gadis yang bersama Rakha tadi, sampai-sampai Thalita lupa ada tugas yang belum diselesaikan. Bel  masuk berbunyi, tapi Thalita tetap saj memikirkan  gadis tadi.
“ Selamt pagi anak-anak,tugas yang kemarin Ibu berikan cepat kumpulkan!” ucap Bu Sisca.
Tiba-tiba Thalita sadar bahwa dirinya belum mengerjakan Tugas itu, dan akhirnya Thalita dihukum.
“ Thalita, lo kenapa sih belum ngrjain tugas, padahal kamu itu kan juara kelasnya, “ Tanya Tiara.
“ Tadi gue liat Rakha sama cewek cantik banget, gue penasaran cewek itu siapa?” jelas Thalita.
“Kenapa lo nggak Tanya langsung aja sama Rakha?”
“gue takut,” jawab Thalita lesu.
“ Ya udah nanti biar gue yang tanyain sama Rakha,” jawab Mutia.
“ Thanks ya Mut. Lo emang temen gue yang paling baik.”.


Sesampainya dirumah. . . .
Semarang, 29 Maret 2002.
Dear Diary
Hari ini aku sedih banget, orang yang sangat aku cintai kini telah pergi. Tuhan tidak adil, aku yang sudah dari kecil suka padanya tapi kau kirimkan seorang wanita untuk menjadi kekasihnya. Apa kau tak tahu bahwa aku ini akan pergi, kenapa kau tidak memberikan kebahagiaan untukku. Kenapa kau tidak memberikan dirinya untukku. Bagaimana hari-hari esok tanpa dirinya.
Thalita kemudian meneteskan air mata, karena tak sanggup membayangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan dialami dirinya dan Rakha. Lama-kelamaan air mata menetes di kedua pipi Thalita semakin deras.
***
Keesokan harinya disekolah mata Thalita sembab karena semalaman ia menagis. Tapi tiba-tiba…..
“Hai non pagi-pagi kok udah ngelamun, ngelamunin apaan sih?” Tanya Rakha sambil tiba-tiba duduk disamping Thalita.
“ Nggak aku nggak apa-apa. Udah sana kamu masuk kelas udah bel tau,” jawab Thalita dengan nada mengusir.
“ Jadi gini kalau teman kecil kamu nanya?” Ledek Rakha.
“ Cepet sana ke kelas!”
Setelah Rakha pergi. Thalita membuat komitmen untuk dirinya sendiri bahwa dia akan belajar giat dan melupakan Rakha untuk selamanya untuk menempuh ujain akhir.
***
Tiga bulan sudah berlalu sejak Thalita membuat komitmen. Ternyata  komitmen yang telah dibuatnya dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dia dapat peringkat 1 pada kelulusannya tahun ini. Setelah berpikir lama, Thalita memutuskan akan sekolah di Palembang dan tinggal bersama tantenya.
Tak diduga Tiara, Mutia, dan Rakha satu Universitas.
“ Mutia lo tau nggak sekarang Thalita sekolah dimana?” Tanya Rakha penasaran.
“ Sorry ya Rakha, sayangnya aku dan Mutia nggak tau sekarang Thalita sekolah dimana. Kami udah coba kerumahnya tapi orang tuanya lagi dinas ke luar negeri, dan pembantunya nggak tau pasti Thalita sekolah dimana.” Jawab Mutia serius.
“ Tapi kata pembantunya sih Thalita study ke luar kota.” Tambah Tiara.
“ Ya udah, nanti kalau ada kabar tentang Thalita aku beri tau ya,” pinta Rakha dan kemudian berjalan meninggalkan Mutia dan Tiara.
***
Enam tahun sudah berlalu sejak kepergian Thalita ke Palembang. Dan akhirnya Thalita sudah menyelesaikan study-nya dan kembali lagi ke Semarang.Thalita kemudian membuka lagi diary-nya yang ia tinggalkan di Semarang, supaya tidak menjadi beban.
Semarang, 30 Januari 2008
Dear Diary
Hari ini adalah hari pertamaku kembali lagi di Semarang. Aku ingin minta maaf karena kamu aku tinggal di Semarang. Disana cukup menyenagkan, tetapi tetap saja ada yang kurang yaitu dia. Entah bagaimana keadaan dia sekarang aku sudah tidak tau. Ngomong-ngomong soal penyakitku, walaupun aku sudah dioperasi sampai 4 kali, tapi mengapa tetap saja tidak sembuh. Sebelum aku meninggal aku ingin sekali melihatnya dan aku ingin memegang tangannya hingga aku pergi. Aku memang sudah tau kalau aku pasti akan meninggal cepat karena penyakitku, tapi. . .
Tiba-tiba tangan Thalita susah digerakkan, darah keluar dari mulutnya dan kemudian Thalita pingsan. Dengan segera Thalita dibawa ke rumah sakit oleh kedua orang tuanya.
“Dok,bagaimana keadaan Thalita sekarang?” Tanya mama Thalita sambil menangis terisak-isak.
“ Kondisi Thalita sudah sangat parah. Kita sekarang hanya bisa berdoa dan berserah kepada yang di atas,” jawab Dokter.
“ Kenapa begitu Dok, akhir-akhir ini Thalita sudah mengalami kemajuan,” sergah papa Thalita.
“ Mungkin dia hanya berusaha tegar dan kuat, supaya Bapak dan Ibu tidak mengkhawatirkan kondisi tubuhnya secara intensif.”
“Ma ada nggak pesan Thalita, mungkin aja itu bisa membuat Thalita sadar?” Tanya papa kepada mamanya Thalita.
“ Ada Pa, ini adalah buku diary-nya Thalita. Dulu mama sering ngliat Thalita menuliskan sesuatu disini,” jawab mama sambil terbata-bata.
“Mama tau siapa yang dituliskan Thalita?”
“Mama kurang tau, mungkin kita bisa Tanya Mutia dan Tiara,” usul Mama.
Sesampainya dirumah Tiara, Mama langsung bertanya panjang lebar kepada Tiara, sehingga membuat Tiara menjadi bingung. Setelah Tiara menceritakan semuanya, kemudian orang tua Thalita langsung menuju ke rumah Rakha.
Sesampainya di rumah Rakha.
“ Permisi Rakhanya ada?” Tanya Papa Thalita.
“Den Rakha ada, silahkan duduk Pak, Bu.”       
“Den Rakha ada tamu.”
“ Ya, bik sebentar. Tolong buatin minum dulu ya bik!”
“ Om, Tante ada apa kesini? Thalita manaOm, Tante,” Tanya rakha sambil menjabat tangan kedua orang tua thalita.
“ Itu dia maksud kedatangan kami kesini untuk mengajak kamu bertemu Thalita. Sekarang dia sedang kritis, dia ingin sekali melihat kamu.
“ Thalita kritis????? Nggak. . . nggak. . . . mungkin Thalita itu kan orangnya tegar dan kuat.” Jawab Rakha cemas.
Sesampainya dirumah sakit, Rakha langsung menemui Thalita dan bercerita kepada Thalita.
“ Thalita buka matanya dong ini aku Rakha.sekarang aku tambah cakep loh.”
Rakha ini diary Thalita,mungkin kamu memang harus tau yang sebenarnya,” Kata mama.
Perlahan-lahan diary itu dibuka dan lembar demi lembar telah dibacanya, terungkaplah sudah rahasi besar Thalita.
“Thalita sebenarnya dulu aku sangat suka sama kamu, tetapi aku piker-pikir kamu cantik, pintar dan popular disekolah sehingga aku merasa tidak pantas untuk kamu. Makanya prasaan ini aku pendan sedalam-dalamnya, dan akhirnya aku putuskan untuk menjalani hidupku dengan Intan.Tetapi kamu tidak usah khawatir, meskipun begitu prasaan aku tetap untuk kamu.Kamu cepat sembuh yah agar kita bisa menjadi sahabat sejati yang selalu ada saat duka maupun suka,” Ucap Rakha sambil memegang tangan Thalita erat-erat.
Tiba-tiba Rakha meneteskan air mata dan saat itu pula Thalita menghembuskan nafas terakhirnya.
Dan akhirnya usai sudah perjuangan cinta masa kecil Thalita. Suasana dalam pemakaman Thalita pun berjalan dengan khusuk dan banyak teman-temannya yang dating memberi salam perpisahan.

-Selesai-

Nama                    : Tidar Kusumaningrum
NPM                     : 16110893
Kelas                    : 1 KA 31
Mata Kuliah           : Ilmu Budaya Dasar
Dosen                   : Helnawaty

Tidak ada komentar:

Posting Komentar